LEGENDA DESA AMBALRESMI
Ditulis oleh : Prayogi Wicaksana
Dahulu, Ambal adalah sebuah kabupaten yang masih kekurangan Kerajaan Mataram. Saat itu, Bupati Ambal adalah Raden Aryo Blitar. Atmosfernya sepi dan sepi, perdagangan juga berkembang. Sketsa di depan "Pendopo" di Ambal terasa seperti di depan "Pendopo" di Kebumen. Ada sebuah alun-alun kota, di sebelah barat ada sebuah masjid yang bernama Masjid Besar Kabupaten Ambal (adalah bangunan bersejarah yang masih kokoh sampai sekarang). Jangkauannya sangat lebar. Di sebelah barat sampai Puring. Sedangkan di timur sampai Sungai Rawa.
Selama otorisasi, Aryo Blitar mendapat banyak masalah dari Mataram. Mataram bersekutu dengan Belanda, jadi semua hasil bumi dan rempah-rempah yang disyaratkan Belanda dikirim ke Mataram. Saat itu, di Kabupaten Panjeroma, yang terletak di Nabatiyasa didukung oleh Bodronolo. Dia memiliki dua "Senopati", nama mereka adalah Ganaspati Jonggolo (ditugaskan ke Panjeroma nort), dari Banjarnegara, Purbalingga, sampai Wonosobo. Di sebelah selatan, diserahkan ke Gamawijaya (dia dari desa Plempukan Kembaran, Ambal).
Tapi saat ini, Bodronolo tidak setuju dengan aliansi Mataram dengan Belanda. Maka Gamawijaya mendapat kepercayaan untuk menggerogoti administrasi Kabupaten Ambal. Hasil bumi dan rempah-rempah yang disyaratkan Belanda dirampok oleh Gamawijaya. Hasil perampokan itu diberikan kepada orang miskin. Kemudian, terjadi pertempuran dengan Kabupaten Ambal. Kabupaten Ambal (Aryo Blitar) hilang dan lolos ke Mataram. Kabupaten Ambal hancur, sehingga nama Gamawijaya terkenal dan dia dianggap sebagai pembela orang-orang yang anti Belanda.
Kemudian, Belanda menghasut Mataram untuk membuat kontes hadiah. Siapa pun yang bisa memenggal kepala Gamawijaya, akan mendapat hadiah di Ambal. Senopati dari Mataram tidak ada yang bisa melawan Gamawijaya. Namun, ada seseorang dari Purworejo bernama Semedi yang menyentuh hatinya untuk mengikuti kontes hadiah. Semedi pun kalah dalam laga melawan Gamawijaya. Kemudian dia lari ke Klirong untuk meminta bantuan kepada Tuan Glondhong Jeruk Agung. Pak Glondhong aord dan dipinjamkan anaknya, Handogo untuk melawan Gamawijaya. Handogo diberi waris bernama "Tlempak". Pertarungan Handogo melawan Gamawijaya. Akhirnya, Gamawijaya terbunuh. Setelah itu, Semadi memenggal Gamawijaya dan membawanya ke Mataram.
Saat itu, pemerintah Mataram menunjuk Purbonegoro untuk menjadi bupati Ambal, dengan titel Raden Adipati Purbonegoro. Beberapa bulan kemudian, ada isu bahwa Semadi ingin menjadi bupati Ambal. Handogo datang ke Mataram untuk membawa saksi bahwa siapa yang membunuh Gamawijaya bukan Semedi, tapi Handogo. Semedi hanya mengangkat kepalanya. Namun, siapa yang membunuhnya adalah seorang Handogo. Jadi, kerajaan Mataram memerintahkan Purbonegoro untuk menjadi bupati Ambal sepanjang hidupnya.
Akhirnya, setelah Purbonegoro meninggal, Kabupaten Ambal hilang. Selain itu, sebelum Purbonegoro meninggal, dia berkenan kepada keturunannya untuk tidak menjadi bupati Ambal. Sejak saat itu, Ambal yang merupakan kabupaten menjadi desa bernama Desa Ambalresmi. Kata "resmi" menunjukkan bahwa Ambal masih ada. Kemudian muncul beberapa desa, seperti Ambal Kebrek, Ambal Kliwonan, dan Ambal Pucangan. Namun, pusatnya adalah Ambalresmi.
Thanks infonya gan ☺
ReplyDelete