Showing posts with label sejarah. Show all posts
Showing posts with label sejarah. Show all posts

Wednesday 31 May 2017

The Legend Of The Ambalresmi Village

By. Prayogi Wicaksana

Once upon a time, Ambal was a regency that still undered the Mataram Kingdom. At that time, the regent of Ambal was Raden Aryo Blitar. Its atmosphere was peaceful and quiet, trade was also developed. The sketch in front of “Pendopo” at Ambal was like in front of “Pendopo” at Kebumen. There was a town square, in the west there was a mosque that was called The Big Mosque Ambal Regency (is a historic building that still sturdy until now). Its reach was very wide. In the west until Puring. While in the east until Rawa River.


During his authorization, Aryo Blitar got many problems from Mataram. Mataram was allied with the Dutch, so all the result of earth and spices that required by Dutch were sent to Mataram. At that time, in the Panjeroma Regency, which was located in Nabatiyasa was powered by Bodronolo. He had two “Senopati”, their name were Ganaspati Jonggolo (was assigned to Panjeroma nort), from Banjarnegara, Purbalingga, until Wonosobo. In the south, submitted to the Gamawijaya (he from Plempukan Kembaran village, Ambal).
But at the moment, Bodronolo didn’t agree with the alliance of Mataram with the Dutch. So Gamawijaya got the confidence to gnaw the administration of Ambal Regency. The result of earth and spices that required by Dutch were robbed by Gamawijaya. The results of the robbery was given to the poor. Then, occurred the battle with Ambal Regency. The Ambal Regency (Aryo Blitar) was lost and escaped to Mataram. Ambal regency was destroyed, so that the name of Gamawijaya was famous and he considered as a defender of people who anti-Dutch.
Then, the Dutch instigated Mataram to make the prize contest. Whoever could decapitated Gamawijaya, will got the prize in Ambal. Senopati of Mataram nobody was able to fight Gamawijaya. However, there was someone from Purworejo named Semedi that touched his heart to follow the prize contest. Semedi was lost in fight Gamawijaya. Then he ran to Klirong to ask for help to Mr. Glondhong Jeruk Agung. Mr. Glondhong aord and lended his son, Handogo to fight Gamawijaya. Handogo given inheritance named “Tlempak”. Handogo fight against Gamawijaya. Finally, Gamawijaya killed. After that, Semadi decapitated Gamawijaya and brought it to Mataram.
At that time, the Mataram government appointed Purbonegoro to be a regent of Ambal, with the title was Raden Adipati Purbonegoro. A few months later, there was issues that Semadi want to be the regent of Ambal. Handogo came to Mataram to brought witnesses that who killed Gamawijaya was not Semedi, but Handogo. Semedi just brought his head. However, who killed him was a Handogo. So, the kingdom of Mataram ordered Purbonegoro to became the regent of Ambal troughout his life.
Finally, after Purbonegoro died, the regency of Ambal was lost. In addition, before Purbonegoro died, he had willed to his offspring to didn’t be the regent of Ambal. Since then, Ambal who was the regency became the village named Ambalresmi Village. The word “resmi” indicated that Ambal was still there. Then appeared several villages, such as Ambal Kebrek, Ambal Kliwonan, and Ambal Pucangan. However, its center was Ambalresmi.

Saturday 9 April 2016

Kesultanan Aceh

Lokasi dan Wilayah Kekuasaan
Letak Kesultanan Aceh  di Aceh Rayeuk (sekarang Aceh Besar). Didirikan pada tahun 1496 M oleh Ali Mughayat Syah  di atas bekas wilayah Kesultanan Lamuri  yang telah ditaklukkan oleh Ali Mughayat Syah. Kesultanan Aceh menganut agama islam dengan ibu kota Bandar Aceh Darussalam (sekarang Banda Aceh).

Sumber Sejarah
Sumber sejarah tentang Kesultanan Aceh adalah Kitab Bustanul’ssalatin buatan Nuruddin Ar-Raniri tahun 1637. Yang berisi tentang sissilah sultan – sultan Aceh, batu nisan makam Sultan Ali Mughayat Syah. Dalam batu nisan ini dicantumkan Sultan Ali Mughayat Syah wafat pada 7 Agustus  1530 M.
Sumber lain yaitu dari sumber VOC dan Hindia Belanda.
Kesultanan Aceh mempunyai kemampuan :
  1. Mengembangkan pola dan sistem pendidikan             militer
  2. Komitmennya menentang hegemoni bangsa   Eropa
  3. Sistem pemerintahan yang teratur dan             sistematis
  4. Mewujudkan pusat – pusat pengkajian ilmu   pengetahuan
  5. Kemampuan menjalin hubungan diplomatik   dengan negara - negara lain.


Sultan Kesultanan Aceh
Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528 M )   
Melakukan perluasan ke beberapa daerah yang berada diwilayah Sumatera Utara seperti daerah Daya dan Pasai yang berhasil ditaklukan. Bahkan melakukan serangan terhadap kedudukan bangsa Portugis di Malaka dan juga menyerang Kerajaan Aru.
Sultan Salahuddin (1525-1537M)
Dibawah kekuasaanya, keadaan kerajaan mulai goyah dan mengalami kemerosotan yang tajam. Oleh karena itu, Sultan Salahuddin diganti saudaranya yang bernama Alauddin Riayat Syah Al Kahar.
Sultan Alauddin Riayat Syah Al-Kahar ( 1537-1568  M )
1.      Mengadakan berbagai perubahan dan perbaikan dalam pemerintahan kesultanan Aceh
2.      Dalam hal ini seperti perluasan wilayah ( penyerangan terhadap kerajaan Malaka namun gagal )
3.      Perluasan wilayah juga ditujukan terhadap pulau Aru
4.      Pada masanya sering terjadi pemberontakan dan perebutan kekuasaan
Sultan Iskandar Muda ( 1607-1636 M )
1.      Pada masa pemerintahannya, kesultanan Aceh mengalami perkembangan yang sangat pesat.
2.      SIM telah menundukkan daerah-daerah di sepanjang pesisir timur dan barat Sumatra.
3.      Untuk mencapai kebesaran Aceh, SIM meneruskan perjuangan dengan melakukan penyerangan terhadap Portugis di malaka dan Johor di Semenanjung Malaya

4.      Pada masa pemerintahannya, hidup ulama besar bernama “Syamsuddin Sumatrani”
5.      Beliau adalah murid dari Hamzah Fansuri ( sastrawan yang mengajarkan ttg Sufi )
6.      SIM juga membuat UU dengan nama “Adat Makuta Alam”.
       Langkah-langkah menghadapi Portugis
1.      Kapal dagang milik Aceh yang berlayar disertai prajurit dengan perlengkapan meriam.
2.      Meminta bantuan meriam dan tenaga ahlinya dari Turki ( 1567 )
3.      Meminta bantuan Jepang ( Demak ) dan Calicut ( India )
SIM membawa kesultanan Aceh menjadi berkembang pesat.

Faktor yang mempengaruhi
1.      Jatuhnya Malaka dari tangan Portugis ( SIM )
2.      Runtuhnya kesultanan samudra Pasai
3.      Letaknya strategis
4.      Dengan menguasai sepanjang jalur pantai, Aceh mempunyai banyak
5.      SDA seperti seperti beras, emas, perak dan timah serta rempah-rempah.
6.      Menguasai tempat penghasil lada yang  sangat di cari bangsa Eropa.
7.      Pemisahan dari kerajaan Pedir ( AMS )
Sultan Iskandar Tsani
Beliau adalah menantu dari SIM
1.      Memerintah sejak 1636-1641 M
2.      Beliau melanjutkan apa yang telah dibentuk oleh SIM
3.      Pada masanya hidup seorang ulama besar bernama “ Nuruddin Ar-Raniri “
4.      Setelah SIT wafat ia digantikan oleh permaisurinya (Putri Sri Alam Permaisuri ) 1641-1675 M
      Penyebab mundurnya Aceh
Ø  Setelah SIM sudah tdk ada lagi raja besar yang dapat mengendalikan Aceh dan daerah kekuasaannya yang sangat luas. Terlebih setelah meninggalnya SIT.
Ø  Pertikaian antara golongan Teuku dan Tengku serta antara Tengku itu sendiri.
Ø  Daerah kekuasaan banyak yang melepaskan diri.
Ø  Akhirnya Aceh benar-benar runtuh setelah dikuasai oleh Belanda.

DAFTAR PUSTAKA
-          Hapsari, Ratna dan M. Adil. 2014. Sejarah Indonesia. Jakarta : Erlangga.
-          Wiyana. 2013. IPS Terpadu. Klaten : Viva Pakarindo.

-          Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Sejarah Indonesia. Jakarta : Politeknik Negeri Media Kreatif.

Friday 8 April 2016

Sejarah Kerajaan Sriwijaya



BAB 1
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Perkembangan agama Hindu-Buddha di Indonesia maju pesat. Hal ini didukung dengan kedatangan para pedagang India yang datang ke Indonesia untuk berniaga. Selain itu, mereka juga melakukan syiar agama.

Kemajuan pesat dalam agama juga mempengaruhi pemerintahan kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan yang memiliki letak sangat strategis yaitu di antara jalur perdagangan India dan Cina. Hal ini mendukung Sriwijaya untuk menjadi kerajaan yang besar.

Dalam bahasa sansekerta, Sriwijaya berarti kemenangan yang gemilang. Meskipun dikenal kuat secara ekonomi dan militer, nyaris tidak ada bukti yang menunjukkan letak persis kerajaan Sriwijaya.

Dalam kehidupan sebenarnya, kerajaan Sriwijaya juga tampil sebagai kerajaan yang sangat maju. Hal ini karena kerajaan Sriwijaya mampu menguasai hampir seluruh kepulauan di Indonesia beserta wilayah perairannya. Hal tersebut menjadikan Kerajaan Sriwijaya tampil sebagai kerajaan maritim, dan juga disebut sebagai negara nasional pertama karena daerah kekuasaannya tersebut.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Bagaimana lokasi dan kepemimpinan kerajaan Sriwijaya ?
2.      Bagaimana keadaan politik,ekonomi, dan sosial pada kerajaan Sriwijaya ?
3.      Bagaimana  peninggalan-peninggalan kerajaan Sriwijaya ?

C.    TUJUAN

Dari rumusan masalah di atas tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui awal berdirinya kerajaan Sriwijaya, keadaan politik,ekonomi, dan sosial serta peninggalan-peninggalan Kerajaan Sriwijaya.






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Lokasi  dan Kepemimpinan Kerajaan Sriwijaya

 

RAJA-RAJA YANG PERNAH MEMIMPIN KERAJAAN SRIWIJAYA

1.      DAPUNTA HYANG (abad ke-7 sampai abad ke-9)
Memerintah sejak abad ke-7. Kerajaan sriwijaya mulai berkembang pada pemerintahan Dapunta Hyang. Dalam prasasti kedukan bukit dan talang tuo telah di tulis sebutan dapunta hyang dan pada abad ke-7 dapunta hyang banyak melakukan usaha perluasan daerah.

2.      BALAPUTRADEWA
Raja yang terkenal dari kerajaan sriwijaya adalah Balaputradewa. Ia memerintah pada abad ke-9 pada masa pemerintahannya, Sriwijaya berkembang pesat dan mencapai zaman keemasan.

3.      SRI SUDAMANIWARMADEWA
Pada tahun 990 M Sri Sudamaniwarmadewa mulai memerintah, dan pada masa pemerintahan ini terjadi serangan raja Darmawangsa dari jawa bagian timur. Akan tetapi serangan ini berhasil digagalkan oleh tentara Sriwijaya.

4.      MARAWIJAYOTTUNGGAWARMAN
Pada masa ini, Sriwijaya membina hubungan dengan Raja Rajaraya I dan Colamandala. Namun ,hubungan tersebut berubah menjadi permusuhan. Raja Colamandala waktu itu bernama Rajendra colandewa menyerbu Sriwijaya. Serbuan pertama yang dilakukan secara besar-besaran terjadi pada tahun 1030 M. Saat itu raja Sriwijaya dapat di tawan.




DAERAH KEKUASAAN ATAU LOKASI
Letak geografis dari kota Palembang. Palembang sebagai pusat pemerintahan terletak di tepi sungai musi .di depan muara sungai musi terdapat pulau-pulau yang berfungsi sebagai pelindung pelabuhan dimuara sungai musi.

  Daerah-daerah yang berhasil di kuasai :
1.      Tulang-bawang yang terletak di daerah Lampung

2.      Daerah kedah yang terletak di pantai barat semenanjung melayu. Menurut I-tsing, penaklukan Sriwijaya ini berlangsung antara tahun 682-685.
 
3.      Pulau Bangka yang terletak di pertemuan jalan perdagangan internasional. Daerah ini dapat dikuasai oleh sriwijaya pada tahun 686 M berdasarkan prasasti kota kapur.
4.      Daerah jambiterletak di tepisungai Batanghari. Penaklukan ini dilaksanakan kira-kira tahun 686 M ( prasasti karang berahi ).
 


5.      Tanah genting kra merupakan tanah genting bagian utara semenanjung melayu. Jarak antara pantai barat dengan pantai timur di tanah genting sangat dekat, sehingga para pedangang dari cina berlabuh dahulu di pantai timur dan membongkar barang dagangannya kepantai barat. Penguasaan Sriwijaya atas tanah genting kra dapat di ketahui dari prasasti ligor pada tahun 775 M.

MASA PUNCAK KEJAYAAN
Kerajaan sriwijaya mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan raja Balaputradewa. Raja itu mengadakan hubngan persahabatn dengan raja Dewapaladewa dari India.
Dalam prasasti nalanda di sebutkan bahwa Raja Balaputradewa mendirikan sebuah biara untuk para pendeta sriwijaya yang belajar agama Buddha di Nalanda. Pembangunan biara tersebut dapat terlaksana berkat bantuan Raja Dewapaladewa. Hal itu tercatat dengan baik dalam prasasti Nalanda, yang saat ini berada di universitas Nawa Nalanda, india.
Bentuk biara atau asrama tersebut mempunyai kesamaan arsitektur dengan Candi Muara Jambi, yang berada di provinsi Jambi.

B.     Keadaan Politik, Sosial, dan Ekonomi
Masyarakat Sriwijaya mayoritas bekerja sebagai pedagang dan pelaut. Karena letak kerajaan Sriwijaya yang strategis yaitu di jalur perdagangan antara India dan Cina (jalur perdagangan internasional). Dengan banyaknya kapal yang singgah di daerah kekuasaan Sriwijaya maka akan banyak pemasukan yang dapat memakmurkan rakyat Sriwijaya. Hal ini membuat kerajaan Sriwijaya disebut dengan kerajaan Maritim yang menguasai atau mengandalkan kegiatan perekonomian dari hasil laut dan perdagangan dari jalur laut.
Untuk memperkuat kedudukannya sebagai kerajaan maritim, kerajaan Sriwijaya membentuk armada angkatan laut yang kuat untuk mengawasi dan menjamin keamanan para pedagang yang masuk perairan nusantara atau daerah kekuasaan Sriwijaya. Dalam rangka memonopoli perdagangan, Sriwijaya melakukan ekspedisi militer untuk menaklukkan bandar pelabuhan pesaing dan menyerap mereka ke dalam mandala Sriwijaya. Pada akhir abad ke-9 M mampu menguasai seluruh jalur perdagangan di Asia tenggara seperti Selat Malaka, Selat Sunda, Semenanjung Malaya, Tanah Genting Kra dan sebagainya.
Sebagai pengendali perdaganagan, Sriwijaya mempunyai beberapa komoditas yaitu, kemenyan, lada, damar, penyu, emas, perak, gading gajah, kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kapulaga, timah. Sedangkan pedagang dari daerah lain yang membutuhkan barang tersebut menukarnya dengan keramik, kain katun, dan sutera.
Zaman kejayaan Sriwijaya saat diperintah oleh Raja Balaputradewa, (850-an M). Hal ini karena raja Balaputradewa mempunyai relasi dengan kerajaan di luar Indonesia misal India dan Cina. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemajuan Sriwijaya dipengaruhi oleh:
·         Letaknya strategis
·         Menguasai jalur perdagangan
·         Hasil bumi sebagai komoditi perdagangan berharga
·         Armada laut yang kuat
·         Pendapatan melimpah dari kapal yang singgah dan upeti dari daerah yang ditaklukkan
Ketaatan para Raja terhadap agama Buddha membuat Sriwijaya tampil sebagai pusat agama Buddha Mahayana yang penting di kawasan Asia Tenggara dan Timur. Hal ini diceritakan oleh I-Tsing bahwa banyak pendeta yang tinggal di Sriwijaya dan para pencari ilmu dari daerah asing untuk belajar bahasa sanskerta dengan gurunya yang terkenal bernama Sakyakirti. Selain itu, menurut berita dari Tibet seorang pendeta bernama Atica datang dan tinggal di Sriwijaya (1011-1023 M) dalam rangka belajar agama Buddha dari guru yang bernama Dharmapala.
Dalam bidang politik, kerajaan Sriwijaya adalah negara nasional pertama di Indonesia. Kerajaan Sriwijaya disebut sebagai negara nasional pertama di Indonesia karena wilayah kekuasaannya yang hampir meliputi berbagai kepulauan di Indonesia.
 Pada masa Sri Sudamaniwarwadewa, kerajaan Sriwijaya melemah karena mengalami serangan dari kerajaan Medang Kamulan di bawah pimpinan Raja Dharmawangsa (990 M). Di bawah ini adalah beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran kerajaan Sriwijaya: ( sekitar abad ke 12 )
·         Serangan kerajaan Medang Kamulan ( 990 M )
·         Serangan kerajaan Colamandala dari India ( 1023 M dan 1030 M ) yang diperkirakan karena masalah politik dan persaingan perdagangan
·         Negara atau daerah taklukan Sriwijaya melepaskan diri dari kekuasaan Sriwijaya
·         Terdesak kerajaan Thailand yang memperluas kekuasaan sampai Semenanjung Malaya serta dari kerajaan Singosari yang melakukan ekspedisi Pamalayu
·         Aliran Sungai Musi, Ogan, dan Komering banyak membawa lumpur, akibatnya Sriwijaya tidak baik untuk perdagangan  
·         Armada angkatan laut Majapahit meyerang Sriwijaya dan berhasil menaklukannya ( 1477 M ) hal ini yang mengakhiri kekuasaan Sriwijaya





C.    Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Peninggalan kerajaan Sriwijaya sebagian besar merupakan benda-benda yang berkaitan dengan agama Buddha.
Kaitannya dengan perkembangan agama dan kebudayaan Buddha, di Sriwijaya ditemukan beberapa peninggalan antara lain:
1.      Candi Muara Takus                   (dekat sungai Kampar, Riau)
2.      Arca Buddha                             (Bukit Sigantung)
3.      Biaro Bahal                                (Padang Lawas, Tapanuli Selatan)
               (candi muara takus)                                        
 
  (Biaro Bahal)
















BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Secara persis tidak ada yang mengetahui letak kerajaan Sriwijaya. Namun dari beberapa sumber sejarah dinyatakan bahwa pusat kerajaan Sriwijaya berada di Palembang. Karena di daerah Palembang tersebut banyak ditemukan prasasti Sriwijaya dan adanya sungai Musi yang strategis untuk perdagangan.
Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya pada masa Raja Balaputradewa, yang berkuasa pada abad ke- 9 (850-an M). Hal ini dikarnakan Raja Balaputradewa mempunyai banyak relasi dengan kerajaan-kerajaan di luar wilayah Indonesia.

Faktor yang mempunyai kemajuan Kerajaan Sriwijaya :
·         Letaknya strategis
·         Menguasai jalur perdagangan
·         Hasil bumi sebagai komoditi perdagangan berharga
·         Armada laut yang kuat
·         Pendapatan melimpah dari kapal yang singgah dan upeti dari daerah yang ditaklukkan
Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran sekitar abad ke 12 dengan faktor:
D.    Serangan kerajaan Medang Kamulan ( 990 M )
E.     Serangan kerajaan Colamandala dari India ( 1023 M dan 1030 M ) yang diperkirakankarna masalah politik dan persaingan perdagangan
F.      Negara atau daerah taklukan Sriwijaya melepaskan diri dari kekuasaan Sriwijaya
G.    Terdesak kerajaan Thailand yang memperluas kekuasaan sampai Semenanjung Malaya serta dari kerajaan Singosari yang melakukan ekspedisi Pamalayu
H.    Aliran Sungai Musi, Ogan, dan Komering banyak membawa lumpur, akibatnya Sriwijaya tidak baik untuk perdagangan  
I.        Armada angkatan laut Majapahit meyerang Sriwijaya dan berhasil menaklukannya ( 1477 M ) hal ini yang mengakhiri kekuasaan Sriwijaya
Peninggalan kerajaan Sriwijaya berupa bangunan-bangunan yang berkaitan dengan agama Buddha.




DAFTAR PUSTAKA

Hapsari, Ratna dan M. Adil. 2014. Sejarah Indonesia. Jakarta : Erlangga.
Wiyana. 2013. IPS Terpadu. Klaten : Viva Pakarindo.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Sejarah Indonesia. Jakarta : Politeknik Negeri Media Kreatif.